I. Laboratorium
A. Pengertian Laboratorium
Kata ”laboratorium” adalah kata latin yang berarti ”tempat bekerja”. Dalam perkembangannya, kata ”laboratorium” mempertahankan arti aslinya, yaitu ”tempat bekerja”, tetapi khusus untuk keperluan penelitian ilmiah. Ketika sains dan teknologi berkembang pesat dsn menjadi salah satu mata pelajaran penting dalam kurikulum di banyak sekolah di Eropa, termasuk negeri Belanda, banyak pendidik/pengajar sains merasa perlu mengadakan ruang siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sains. Sebab, para pendidik itu berpandangan bahwa sains adalah suatu ilmu empiris, yaitu ilmu yang didasari atas pengamatan dan eksperimaentasi (percobaan) adalah bagian integral pendidikan sains. Laboratorium yang digunakan untuk kegiatan ini disebut laboratorium sains sekolah (school science laboratory).
(Nyoman Kertiasa, 2006: 1)
Laboratorium sering diartikan sebagai suatu ruang atau tempat untuk melakukan percobaan atau penelitian. Ruang yang dimaksud dapat berupa gedung yang dibatasi oleh dinding dan atap atau alam terbuka misalnya kebun botani.
Pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum.
(Koesmadji Wirjosoemanto dkk, 2004: 40)
Konsorsium Ilmu Pendidikan merumuskan definisi operasional Laboratorium (dan studio) sebagai berikut : Laboratorium (dan studio) adalah prasarana, sarana, dan mekanisme kerja yang : (a) Menunjang secara unik satu atau lebih Dharma Perguruan Tinggi melalui pengalaman langsung dalam membentuk keterampilam, pemahaman dan wawasan dalam pendidikan dan pengajaran serta dalam pengembangan ilmu dan teknilogi, dan pengabdian pada masyarakat. (b) Faktor-faktor serta aspek-aspeknya pada dasarnya dapat dikendalikan oleh pengajar.
Dari definisi operasional tersebut jelas bahwa laboratorium merupakan perangkat kelengkapan akademik, disamping buku dan media lain yang dapat digunakan sebagai kelengkapan kegiatan akademik di luar laboratorium dan studio, seperti seminar, diskusi kelompok, panel dan panel forum, debat, dan sebagainya. Definisi operasional itu juga menunjukan bahwa laboratorium tidak hanya berupa sebagai tempat untuk melakukan kegiatan, tetapi termasuk juga personil dengan kualifikasi yang meluputi keahlian, keterampilan, serta wawasan yang luas yang menjankau hari depan dan kemampuan mengadakan transaksi sosial yang tinggi. Di samping kualifikasi akademik, jumlah laboratorium yang memadai merupakan tuntutan agar laboratorium berfungsi sebagaimana yang didefinisikan oleh konsorsium Ilmu Pendidikan.
(Moh. Amien, 1988)
Kurikulum 1975 SMTP dan SMTA memiliki prinsip bahwa teori dan kegiatan laboratorium merupakan kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dipisahkan-pisahkan, sehingga tidak akan salah kiranya, kalau dikatana disini, bahwa laboratorium sebagai tempat penunjang kegiatan kelas. Atau sebaliknya kegiatan kelas sebagai penunjang kegiatan laboratorium. Hal itu tergantung dari strategi yang bagaimana yang diambil oleh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran. Disamping itu laboratorium juga dapat berfungsi sebagai tempat pameran (display), sebagai musium kecil, tempat menyimpan benda-benda/alat-alat ”tua”, manuskrip atau spesimen-spesimen yang sudah tergolong ”tua”.
(Sarosa Purwadi dan R. L Tobing, 1981: 12)
B. Jenis-jenis Laboratorium ditinjau dari Tujuan dan Fungsi
Derajat keterpakaian laboratorium ditunjukan oleh fungsi daya guna, tepat guna dan hasil guna. Agar tuntutan semacam itu dapat dipenuhi, terlebih dahulu perlu adanya usaha pengelompokan laboratorium sesuai dengan fungsinya.
Pada dasarnya jenis-jenis laboratorium dapat digolongkan menjadi :
1. Laboratorium Dasar
Laboratorium Dasar merupakan laboratorium yang memperkenalkan dan memungkinkan siswa/mahasiswa memehami konsep dan prinsip dasar, prinsip yang menjadi tuntutan untuk pemahaman pengetahuan lanjut. Materi pelajaran yang diperoleh di SMTA merupakan bahan apersepsi, yang digunakan untuk kegiatan di laboratorium dasar, sebagai titik tolak untuk pengembangan materi pelajaran di Perguruan Tinggi. Selain bersifat pemantapan, kegiatan di laboratorium juga diperlukan agar dalam pengembangan materi lanjut dapat bertitik tolak dari bahan yang sama. Hal ini dirasa perlu karena bekal yang diperoleh siswa yang berasal dari banyak SMTA tidak menjamin bahwa pengetahuan mereka cukup homogen.
Di laboratorium Dasar alternative kegiatan yang dapat dipilih adalah :
a) Kegiatan yang berupa pemantapan konsep, prinsip yang sifatnya dasar dan umum, dengan menggunakan cara dan alat yang pernah dikenal di SMTA.
b) Kegiatan yang berupa pemantapan konsep dan prinsip yang sifatnya dasar dan umum, dengan menggunakan alat dan cara yang baru.
c) Kegiatan yang berupa penerapan konsep dan prinsip yang sudap pernah dikenal dalam situasi baru.
d) Kegiatan yang berupa pembenahan terhadap kesalahan-kesalahan dan/atau kedangkalan cara dan penggunaan alat yang keliru atau tidak sebgaimana mestinya. Seperti misalnya, ketidakcermatan mengidentifikasi problem, kekurangtepatan mengambil data yang disebabkan oleh karena tidak tepatnya menggunakan alat atau kurag luasnya wawasan teori pendukung yang dimilikinya.
e) Kegiatan yang bersifat pengenalan konsep, dan prinsip baru dengan menggunakan alat dan cara ang baru yang belum dikenal oleh mahasiswa sewaktu di SMTA.
f) Kegiatan terstruktur yang sifatnya terpimpin dengan pengarahan yang menurus pada pengembangan nilai dekenalkan sebagai titik tolak pengembangan ilmu dikemudian hari.
g) Perlu juga diperkenalkan kegiatan merancang percobaan sederhana dengan minat mahasiswa itu sendiri. Kegiatan ini sekedar sebagai ancang-ancang untuk kegiatan yang nantinya akan dikembangkan melalui laboratorium pengembangan dan laboratorium penelitian.
Fungsi utama laboratorium ini adalah member pengetahuan dasar mengenai prosedur kerja di laboratorium, alat-alat laboratorium, menggunaka laboratorium sebagai sumber belajar, kelengkapan laboratorium yang mempunyai hubungan langsung dengan pengertian laboratorium secara umum maupun laboratorium yang khusus, yang semuanya itu memperlancar kegiatan-kegiatan belajar dangan mengunakan laboratorium sebagai sumber dan/atau media belajar. Tidak kalah pentingnya pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar di laboratorium dasar yang menyangkut keamanan dan kenyamanan kerja di laboratorium. Hal ini mudah dipelajari di laboratorium dasar karena lebih sederhana dibanding dengan jenis laboratorium lainnya.
2. Laboratorium Pengembangan
Laboratorium pengembangan mengemban tugas khusus, sesuai dengan spesialisasi jurusan. Dalam hal ini debedakan dengan laboratorium metodologi pengajaran meskipun keduanya mungkin sekali memaparkan kegiatan dengan pokok bahasan yang sama. Kegiatan di laboratorium pengembangan terutama dititik beratkan pada pendalaman bidang studi. Seperti telah disebut dalam uraian tenteng laboratorium dasar, maka di laboratorium pengembangan mahasiswa dapat melakukan kegiatan yang sifatnya menguji konsep dan prinsip yang telah ada, disamping kegiatan yang menjurus pada penemuan konsep dan prinsip yang belum pernah diperoleh.
Alternative kegiatan yang yang dapat dikembangkan dalam laboratorium pengembangan antara lain adalah:
a) Menggunakan laboratorium pengembangan sebagai media dan sumber belajar untuk menetapkan konsep dan prinsip setelah mahasiswa memperolehnya dalam perkuliahan. Kegiatan ini lebih bersifat verifikatif. Namun retansi yang dipelajari lebih terjamin, karena selain engram yang diperoleh melalui saluran komunikasi indera pendengar dan penglihat yang diterima secara verbal lisan maupun tulisan, di laboratorium mahasiswa bisa memperoleh engram yang berasal dari objek yang asli ataupun tiruannya dan proses yang menyangkut kejadian pada objek tersebut.
b) Laboratorium pengembangan juga dapat digunakan sebagai media untuk memperoleh data yang selanjutnya dapat dilahirkan untuk melahirkan konsep atau prinsip. Pendekatan “discovery” dan “inquiry”, serta metode pemecahan masalah merupakan cara yang tepat untuk tujuan tersebut. Kegiatan yang sepenuhnya tidak terstruktur member peluang untuk dapat ditemukannya data, konsep dan prinsip yang lebih banyak. Kegiatan di laboratorium dengan tujuan untuk menemukan penemuan, sudah barang tentu dapat dilakukan mendahului perkuliahan yang member penjelasan secara verbal.
c) Sperti juga halnya dengan kegiatan yang bertujuan untuk melakukan penemuan, maka kegiatan semacam ini dapat dilakukan tanpa diikuti dengan kegiatan perkuliahan. Dengan demikian perkuliahan yang member informasi pengetahuan secara verbal dan kegiatan di laboratorium yang menggali pengertian mengenai objek yang sama berjalan seiring. Keduanya saling melengkapi, karena masing-masing kegiatan dapat mengungkap aspek yang berbeda dari objek.
d) Kegiatan di laboratorium pengembangan dapt diarahkan untuk kegiatan yang lebih bersifat mendalami pengetahuan yang dipelajari, yaitu berupa kegiatan penalitian di laboratorium penelitian. Di laboratorium pengembangan inilah dilakukan identifikasi masalah yang akan diteliti. Bertitik tolak dari hal ini maka perlengkapan laboratorium pengembangan, kecuali kecuali untuk alat-alat yang sifatnya umum yang dapat diambil dari laboratorium dasar, perlu pula dilengkapi dengan alat-alat yang lengkap sesuai dengan kekhususan bidang studi.
e) Laboratorium pengembangan diharapkan dapat mengembangkan kreativitas mahasiswa. Untuk itu diperlukan bentuk-bentuk kegiatan yang bersifat terbuka, yang memungkinkan mahasiswa dapat mengembangkan imajinasinya dan kreativitasnya. Pengembangan intuisi sangat diperlukan dan ini dimungkinkan dalam laboratorium pengembangan. Hal ini penting karena dalam pengembangan sains dan teknologi masih ada pendapat yang cenderung tidak mementingkan berkembangnya intuisi subjek belajar. Hal ini tidak benar karena intuisi dalam kenyataanya banyak mengawali penemuan-penemuan ilmiah. Kelancaran, keluwesan, orisinalitas, keunikan dalam berfikir hendaknya dimungkinkan dalam pengembangan kegiatan di laboratorium ini.
Mengingat bahwa laboratorium pengembangan dapat dikembangkan sesuai dengan “spesialisasi” yang dapat dikembangkan jurusan, maka laboratorium pengembangan memerlukan peralatan tertentu untuk setiap bentuk “spesialisasi” yang dikembangkan. Demikian juga diperlukan tenaga yang mempunyai keahlian khusus dan bahkan tidak mustahil diperlukan prasarana, tata ruang, tata letak, dan pengamanan yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian perkembangan yang lebih menguntungkan adalah bial laboratorium yang berbeda-beda tersebut dikembangkan menjadi seksi-seksi. Pengelolaan, daya guna, tepat guna dan hasil gunanya menjadi lebih besar.
3. Laboratorium Metodologi Pengajaran
Laboratorium metodologi pengajaran untuk LPTK mempunyai kedudukan yang sangat khusus, karena mewarnai penampilan (“performance”) guru dalam tugasnya. Di laboratorium ini beberapa mata kuliah yang ternasuk dalam kelompok MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum), MKDK (Mata Kuliah Dasar Kependidikan), MKBS (Mata Kuliah Bidang Studi), dan MKPBM (Mata Kuliah Proses Belajar Mengajar) diramu untuk mewujudkan kompetensi kependidikan seorang guru, baik kompetensi pribadi, professional, maupun sosialnya. Di laboratorium ini mahasiswa tidak hanya mempelajari bagaiman materi praktikum itu dilaksanakan, tetapi juga bagaimana cara yang sebaik-baiknya agar kegiatan itu, bila dilaksanakan oleh subjek belajar, dapat mencapai tujuan seperti yang sudah ditetapkan dengan kesulitan yang minimal. Mahasiswa calon guru dalam melaksanakan praktikum di laboratorium metodologi pengajaran juga harus selalu lelperhatikan efek imstruksional yang akan dapat dicapainya dan efek pengiring (“nurturant”) yang timbul karena kegiatan tersebut. Sebagaimana diketahui efek pengiring yang berbeda bisa timbul karena penggunaan metode, media, dan strategi yang berbeda pula.
Mengingat besarnya peranan laboratorium metodologi pengajaran pada tugas di lapangan nanti, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
a) Tata ruang laboratorium hendaknya dapat menimbulkan gairah kerja, dan menimbulkan efek pengiring yang positif. Titik berat penataan ditunjukan pada fungsi, daya guna, tepat guna dan hasil guna. Mahasiswa calon guru dapat menggunakan cara penataan ruang laboratorium sebagai “ilham” bila kelak menunaikan tugas di laboratorium sekolah.
b) Cara penyimpanan alat dan bahan diharapkan memenuhi persyaratan untuk dijadikan contoh di lapangan.
c) Program praktikum, bobot, urutan, cara pelaporannya dan cara evaluasinya disesuaikan dengan apa yang berkembang di lapangan.
d) Strategi kegiatan diatur sedemikian rupa sehingga sejalan dengan apa yang berlaku di SMTA kelas 1, 2 dan 3. Kemungkinan para mahasiswa melakukan praktikum dalam kelompok besar, sedang, individual (perseorangan) ataupun independen agar mereka menghayati apa yang dihayati oleh siswanya kelak.
e) Cara pengelolaan mahasiswa dalam melakukan kegiatan dan cara pengelolaan sarana dan prasarana fisik dapat merupakan bahan mahasiswa calon guru, yang dikaitkan dengan fungsi edukasional dan manajerial. Pelbagai pendekatan seperti otoriter, intimidasi, permisif, instruksional, resep (cook book), pengubahan perilaku, iklim sosio emosional, dan sebagainya akan disimak dan menjadi bahan studi untuk dipertimbangkan pelaksanaanya bila kelak menjadi guru.
f) Keamanan kerja dan kenyamanan kerja hendaklah dapat dirasakan oleh praktikum. Hal ini terasa pentingnya bila diingat bahwa kelak yang dihadapi oleh para mahasiswa di lapangan ada yang berumur 15/16 tahun. Siswa seumur itu kurang tahu dan tidak terlalu peduli dengan keselamatan kerja, keselamatan diri dan lingkungannya, pengaturan tata tertib dan pengaturannya.
g) Laboratorium metodologi pengajaran diharapkan diharapkan merupakan medan dimana dapat diketemukan problem yang menyangkut kegiatan praktikum dan cara-cara pemecahannya. Dimungkinkan pula sebagai ajang penelitian pendahuluan, untuk kemudian dibawa dan dikembangkan lebih lanjut dilaboratorium penelitian.
h) Laboratorium metodologi pengajaran diharapkan dapat menampung masalah yang berkembang dilapangan dan dicarikan cara pemecahannya. Guru-guru perlu diberi peluang untuk memperdalam ilmunya, dengan mempelajari hal-hal baru yang berkembang di laboratorium ini, dengan demikian laboratorium metodologi pengajaran tidak bersifat menanggapi apa yang berkembang dilapangan, tetapi juga member arah kemana dan bagaimana harus dikembangkan.
i) Laboratorium metodologi pengembangan hendaknya dapat menampung para mahasiswa untuk membuat disain, dan mencobakan disain tersebut serta mengevaluasi disain kegiatan instruksional. Ini berarti bahwa laboratorium metodologi pengajaran tidak hanya merupakan sarana untuk melaksanakan kegiatan praktikum saja.
4.Laboratorium Penelitian
Laboratorium penelitian diharapkan dapat baik oleh mahasiswa maupun dosen. Dengan digunakannya laboratorium tersebut oleh dosen, iklim ilmiah akan dapat berkembang dengan baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena mahasiswa dapat mengamati secara langsung bagaimana seharusnya bekerja di laboratorium, prosedur penelitian laboratorium, prosen pengambilan data, pengolahan data, pengambilan kesimpulan dari kerja pengujian hipotesis, dan kegiatan-kegiatan lain baik yang menyangkut kegiatan yang melibatkan ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Para mahasiswa dapat belajar secara tidak langsung dari apa yang dikerjakan oleh dosen, tetapi jug adapt dilibatkan secara langsung untuk hal-hal yang memang dapat ditangani mahasiswa, baik terlibat dalam masalah yang bersifat motorik maupun hubungannya dengan usaha-usaha pemecahan masalah serta usaha lain yang berkaitan dengan analisis, sintesis dan sebagainya. Para mahasiswa dapat diajak diskusi menganai hal-hal yang dikembangkan di laboratorium. Selain mengikuti dosen yang melakukan penelitian, mahasiswa juga memperoleh peluang untuk dapat menggunakan laboratorium untuk dapat menggunakan laboratorium untuk penelitian yang berhubungan dengan pembuatan tesis, studi proyek, pengembangan minat dan sebagainya.
Umumya yang diutamakan dalam laboratotium penelitian adalah produk penelitian, dan tidak ada lagi prosedur kerja penalitian. Produk kegiatan dapat berupa sebagai:
a) Inventarisasi masalah, produk kegiatan identifikasi masalah.
b) Kumpulan data besar.
c) Konsep-konsep, prinsip-prinsip yang diperoleh dari kegiatan penelitian.
d) Kumpulan hipotesis yang teruji maupun yang belum teruji.
e) Susunan alat yang teruji untuk percobaan tertentu.
f) Daftar bahan-bahan, kumpulan daftar bahan yang teruji untuk percobaan-percobaan tertentu.
Meningat guru atau calon guru memerlukan pengetahuan yang tidak hanya menyangkut materi pelajaran yang dikaitkan dalam proses belajar mengajar saja, tetapi pengetahuan tentang bagaimana materi pelajaran tersebut dikaitkan kepada subjek pelajaran dalam pelbagai situasi dan kondisi, maka laboratorium penelitian dapat dibedakan menjadi laboratorium yang digunakan untuk penelitian materi bidang studi, dann laboratorium yang berkautan dengan proses belajar mengajar bidang studi. Produk laboratorium penelitian yang menyangkut proses belajar mengajar dapat berupa antara lain yang berkaitan dengan daya guna, tepat guna dan hasil guna.
Kegiatan instruksional dikaitkan dengan :
a) Pelbagai disain susunan alat.
b) Variasi macam bahan atau susunan bahan.
c) Tata ruang laboratorium.
d) Kenyamanan kerja di laboratorium.
e) Tata simpan alat dan bahan.
f) Polusi atau pencemaran lingkungan.
Mengingat hal itu maka laboratorium penelitian memiliki peralatan khusus dengan ketetapan yang tinggi.
(Moh. Amien, 1988)
C. Fungsi atau peranan laboratorium dalam pembelajaran
Laboratorium memiliki peran sebagai tempat dilakukannya percobaan atau penelitian. Di dalam pembelajaran sains, laboratorium berperan sebagai tempat kegiatan penunjang dari kegiatan kelas. Bahkan mungkin sebaliknya bahwa yang berperan utama dalam pembelajaran sains adalah laboratorium, sedangkan kelas sebagai tempat kegiatan penunjang. Fungsi lain dari laboratorium adalah sebagai tempat display atau pemeran.
(Koesmadji Wirjosoemanto dkk, 2004: 43)
Fungsi laboratorium sains sekolah (untuk selanjutnya akan disebut “laboratorium sekolah”) dalam pembelajaran sains bergantung pada pandangan guru yang bersangkutan terhadap sains dan belajar (learning).
Mengenai belajar dan mengajar pun dapat dibedakan dua pandangan. Pandangan yang satu ialah memandang bahwa mengajar adalah “memberi pelajaran” kepada siswa. Ilmu seakan-akan dituangkan ke pikiran siswa. Siswa menerima dan menyimpan ilmu itu menjadi miliknya. Pendangan seperti ini disebut pandangan tradisional. Laboratorium sekolah yang difungsikan berdasarkan pandangan ini disebut laboratorium tradisional. Pendangan yang lain ialah bahwa mengajar itu “membantu siswa” dalam belajar. Yang belajar adalah siswa. Guru tidak dapat belajar untuknya. Siswa sendiri yang membangun (mengkonstruksi) ilmu dari masukan (stimulus) yang menjadi perhatiannya. Konstruksinya didasari atas konstruksi yang sudah ada. Pandangan ini dapat disebut pandangan modern, yang belakangan ini berkembang menjadi pandangan konstruktivisme. Secara singkat, penganut pandangan konstruktivisme berteori bahwa “knowledge is not a copy of reality. To know an object, to know an event, is not simply to look at it and make a mental copy, or image, of it. To know an object is to act on it. To know is to modify, to transform the object and to understand the process of this transformation” (Jean Piaget dalam Doris A dalam Nyoman Kertiasa, 2006). Laboratorium sekolah yang difungsikan berdasarkan pandangan ini dapat disebut laboratorium non-tradisional, atau moderen.
1. Fungsi Laboratorium tradisional
Pada laboratorium tradisional dilakukan kegiatan di dalam laboratorium, yang dahulu dikenal dengan nama “praktikum”. Yang disebut praktikum biasanya adalah kegiatan laboratorium yang dilakukan pada jam khusus, tidak terintegrasi dengan pelajaran sains. Pada umumnya kegiatan laboratorium merupakan penerapan “teori” yang sudah dibahas dalam kelas sebelumj melakukan percobaan di laboratorium.
2. Fungsi Laboratorium Non-tradisional
Pada laboratorium non-tradisional, kegiatan laboratorium merupakan bagian terintegrasi pada kegiatan belajar sains. Setiap pelajaran sains, berupa percobaan atau bukan percobaan, berlangsung di ruang laboratorium. Di dalam ruang laboratorium dapat berlangsung pemberian informasi oleh guru (guru “menerangkan”), dapat diloakukan percobaan oleh siswa, percobaan demonstrasi oleh guru atau oleh siswa, diskusi dalam kelompok kecil, dan diskusi kelas dibimbing guru. Oleh karena itu, ruang laboratorium non-tradisional haruslah ruang yang bersifat luwes (flexible). Maksudnya, tata letak perabot ruang mudah diubah-ubah sehingga berbagai jenis kegiatan yang disebut diatas dapat dilakukan di dalam ruang itu juga.
DAFTAR PUSTAKA
Amien, Moh. 1988. Buku Pedoman dan Petunjuk Praktikum (General Science) Untuk Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Depdikbud.
Kertiasa, Nyoman. 2006. Laboratorium Sekolah dan Pengelolaanya. Bandung: Pudak Scientific.
Purwadi, Sarosa dan R. L Tobing. 1981. Pengelolaan Laboratorium IPA. Bandung: Depdikbud.
Wirjosoemarto, Koesmadi dkk. 2004. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UPI.
makasih informasinya, isinya sesuai sasaran yang dicari ^_^
BalasHapusG nyambung ama apa yg gua cari
BalasHapus